Haii sahabat AW's kita tau kan bahwa di Nusantara kita ada berbagai macam seni dan kebudayaan. nah maka dari itu kita baca nih berikut ini ada sedikit artikel tentang
Teater Boneka Wayang Golek (Wayang Golek Jawa dan Wayang Golek Sunda)
A. Kelahiran Wayang Golek
Asal mula wayang golek tidak diketahui secara lengkap, dan
jelas. Tapi sebenarnya wayang golek merupakan pengembangan dari wayang kulit.
Salmun (1986) menyebutkan bahwa pada tahun 1853 M sunan kudus membuat wayang
yang berbahan dari kayu, dan diberi nama wayang golek, dan dapat dimainkan atau
dipentaskan pada waktu siang hari. Selain itu Ismunandar (1988) mengatakan pada
awal abad ke-16, sunan kudus membuat bangun wayang purwo sebanyak 70 buah
dengan cerita menak yang diiringi oleh gamelan salendro, bentuknya menyerupai
boneka, tidak memerlukan klir, berbahan kayu oleh karna itu dinamakan wayang golek.
Kelahiran wayang golek diprakarsai oleh dalem karang anyar
(Wiranata kusumah III) pada masa akhir jabatanya. Pada masa itu beliaw
memerintah kiDarman (penyungging wayang kulit, dari tegal) yang tinggal
dicibiru, ujung berung, untuk membuat wayang dari kayu, tetapi berbentuk gepeng
menyerupai wayang kulit. Tetapi atas anjuran dalem itu sendiri wayang yang
berbentuk gepeng itu dbuat berbentuk bulat, seperti wayang-wayang sekarang
kebanyakan. Perkenalan wayang golek dipriangan, dikenal pada abad -19 sejak dibukanya
jalan raya Daendels. Mulanya pementasan wayang golek dibawakan dengan bahasa
jawa, namun setelah orang sunda pandai mendalang, dirubah menjadi ke bahasa
sunda.
B. Pengertian Wayang Golek
Wayang golek adalah suatu
seni tradisional sunda
pertunjukan wayang
yang terbuat dari boneka kayu yang dipahat dan diukir. Kayu tersebut dibagi
enjadi 3 bagian yaitu kepala, badan, dan tanganan dengan tuding (tongkat
kecil). Antara badan dan kepala dihubungkan dengan kayu yang berfungsi sebagai
pegangan dalang dalam memainkan yang disebut sogol (sumbu pegangan wayang).
Wayang golek merupakan
perkembangan dari wayang kulit. Bentuknya yang trimarta lebih endekati
personifikasi manusia. Susunan sambungan persendiannya emungkinkan bahwa wayang
golek bisa bergerak lebih bebas. Deikian dengan busana wayang golek dapat
ditata mendekati busana manusia.
Berbeda dengan wayang kulit, wayang golek tidak memakai layar
dan lampu sorot untuk membentuk bayangan. Golek yang berupa boneka tiga dimensi
bisa ditonton secara langsung tanpa memakai layar. Pagelaran wayang golek
dipimpin oleh dalang yang memainkan wayang dan menuturkan cerita. Selain itu
tentu saja ada gamelan yang mengiringi pertunjukkan tersebut.
Wayang golek termasuk teater boneka yang masuk dalam kategori teater
tradisi rakyak dan teater tradisi keraton. Membicarakan tentang teater tradisi,
Teater tradisional rakyat adalah bentuk-bentuk teater tradisional yang
hidup, tumbuh, dan berkembang pada lingkungan masyarakat banyak sesuai dengan
lingkup budaya setempat. Bentuk teater tradisi rakyat ini ada yang berasal dari
tradisi religi asli dan ada pula yang berasal dari sistem religi Hindu-Budha
dan Islam. Teater Tradisional Keraton. Berbeda dari
tradisi teater rakyat, teater tradisi keraton baru lahir setelah munculnya
kerajaan-kerajaan bercorak Hindu di Nusantara. Kesenian yang muncul dari
lingkungan istana kerajaan bersifat profesional. Artinya, kesenian terlahir
dari seniman-seniman keraton yang melulu hidup untuk mengembangkan kesenian.
Karya-karya yang terlahir dari seniman kalangan istana ini adalah karya-karya
yang ’adi luhung’ baik dari segi nilai seninya maupun kandungan isi serta makna religiusnya.
C.
Fungsi
Wayang Golek
Fungsi Wayang Golek di tengah-tengah masyarakat mempunyai
kedudukan yang sangat terhormat. Di samping sebagai sarana hiburan yang sehat,
ia juga berfungsi sebagai media penerangan dan pendidikan. Baik itu tentang
moralitas, etika, adapt istiadat atau religi. Yang tak kalah pentingnya Wayang
Golek itu pun berfungsi sebagai upacara ritual penolak bala, upacara tersebut
Ngaruat.
D.
Macam-macam Wayang Golek
1. Wayang Golek Jawa
Sampai sekarang wayang golek masih hidup dan tersebar
diberbagai daerah di Jawa, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Dilihat dari
corak mukanya, wayang golek dapat dibedakan menjadi dua, yaitu wayang golek
bergaya wayang kulit (wayang golek purwa) dan wayang golek bergaya wadhag
(menyerupai manusia).
a. Sumber cerita dan jenis wayang
1. Wayang golek purwa, wayang golek yang
pementasannya engambil cerita dari “Mahabharata” dan “Ramayana”. Bentuk
bonekanya meniru wayang purwa dengan
memakai busana seperti makhuta, sumping, keris, kain, serta perhiasan. Wayang
golek purwa terdapat pada daerah pasundan
2. Wayang golek menak, yaitu engambil
cerita dari “serat menak” mengenai tokoh Amir Ambyah atau Wong Agung
Jayanegara.
3. Wayang goleg gedhog, yang bercerita
tentang Panji, yakni sekitar pncarian Sekartaji oleh Panji Asmarabangun.
4. Wayang golek babad, mengambil cerita
tentang Babad Majapahit : Jaransari-Jaranpurnama, Damarwulan, Perang Babad,
Menakjingga, Raramendut, dan sebagainya. Babad Carbon : Sayembara Nyi Mas
Gandasari, Pangeran Langlang-Busana, Jaka Wasiat, Sela Rasa. Babad Siyung
Wanara : Lutung Kasarung, Sangkuriang, Silih Wangi.
b. Perlengkapan dan Pendukung
Pertunjukkan
Dalam sebuah
pertunjukkan wayang golek, dibutuhkan perlengkapan dan pendukung yang berupa perangkat keras antara lain :
a. Gamelan
Gaelan
baku yang digunakan untuk mengiringi pertunjukkan wayang golek adalah laras
pelog (gamelan penthung). Jumlah instrument gamelan ada dua jenis yaitu yang
lengkap dan sederhana. Namun, sekarang lebih sering diiringi dengan gamelan
laras slendro seperti wayang kulit.
b. Boneka wayang
Boneka
wayang satu kothak lengkap berisi 60 sampai 110 buah. Dalam satu kali main
diperlukan kurang lebih 30 tokoh boneka. Sisanya ditancapakan dibatang pisang
kanan dan kiri.
c. Kothak
Tempat
wayang yang diletakkan di kiri dalang pada waktu pertunjukkan. Berukuran 150x75
cm. dan berfungsi juga enimbulkan suara dhogdhogan untuk mendukung suasana.
d. Batang pisang (debhog/gadhebog)
Untuk
menacapkan boneka wayang. Dengan jumlah tiga buah dan panjang 5m.
e. Blencong
Lampu
untuk pentas yang berbentuk burung garuda. Sekarang blencong digantikan dengan
lampu listrik.
f. Cempala
Dimainkan
dengan kaki dalang dengan cara dijepit dengan kedua kaki atau tangan yang
dipukulkan pada kothak. Berukuran 25cm dan 25cm. berfungsi sebagai iringan dan
tanda kepada pemain untuk inta lagu.
g. Keprak
Terbuat
dari perunggu berjumlah dua atau tiga bilah dengan ukuran 10x15cm. berfungsi sebagai iringan dan
sebagai tanda kepada musisi bahwa gendhing (lagu) dipercepat atau berhenti.
Ada
juga termasuk perangkat lunak yakni :
a. Dalang
Orang
yang memainkan wayang. Ia harus menyanyi (suluk), memimpin music, dan
menghidupkan suasana.
b. Pengrawit (musisi)
Jumlah
pengrawit tergantung pada instrument gamelan tyang digunakan. Tugas musisi
tidak hanya memainkan gamelan, namun juga sebagai panggerong (menyanyikan lagu
tertentu), berdialog dengan dalang.
c. Pesindhen (Swarawati atau vokalis
wanita)
Menyanyi
sesuai dengan gendhing yang akan dibawakan dengan iringan music.
2.
Wayang Golek Sunda
a.
Sumber Cerita.
Cerita pada pertunjukan Wayang Golek Sunda umumnya bersumber
kepada kitab Arjuna Sasrabahu, Ramayana, dan Mahabarata, yaitu kitab-kitab yang
berasal dari kebudayaan Hindu di India. Namun cerita yang paling banyak
digemari masyarakat adalah Mahabarata, bahkan dari lakon induk ini telah lahir
berpuluh-puluh cerita sempalan/ carangan yang merupakan hasil kreatifitas para
dalang.
b.
Bentuk-Bentuk Wayang Golek Sunda
Wayang golek yang menngunakan bahasa
Cirebon adalah Wayang Golek Cepak atau Wayang Golek Papak.
Sedangkan yang menggunakan bahasa sunda
:
1. Wayang
Golek Purwa
Wayang golek yang menceritakan
lakon-lakon wayang dari cerita purwa (Arjuna, Sasrabahu, Ramayana, dan
Mahabharata).
2. Wayang
Bendo
Menyajikan babad mekah yaitu Amir Ambyah
3. Wayang
Golek Pakuan
Menceritakan tentang raja-raja
Padjajaran, dengan iringan gaelan pelog.
4. Wayang
Pantun
Sama dengan wayang golek pakuan, namun
perbedaanya terletak pada bahu-bahu wayang pantun lebih panjang serta
makuta-makutanya banyak mempergunakan rabut ngarumbay (terurai).
c.
Kerangka Pertunjukkan Wayang Golek
Sunda
Awi carita adalah alur
cerita dalam suatu sajian wayang golek purwa. Dengan beberapa adegan yaitu
bedhol kayon (pembukaan) hingga kayon (penutup). Kerangka tersebut, keudian
diolah dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi jawa barat, sehingga
terwujudlah carangan-carangan atau sempalan-sempalan (petilah yang dipetik dan
direka) dan perbedaan sifat perwatakan
antara para tokoh wayang.
d.
Bahasa dan Sastra Dalang
Dalam menyempaikan lakon/cerita,
seorang Dalang tidak dibenarkan menggunakan bahasa yang vulgar dan tidak
beraturan. Untuk itu disusunlah rambu-rambu khusus yang disebut Panca S, Panca
S itu adalah :
1. Sindir
kritik-kritik, kecaman-kecaman atau
pujian yang di ungkapkan dalam suatu cerita, yang disusun sedemikian rupa
sehingga harus serta tidak secara langsung menyinggung hati yang dikritik atau
dikecamnya.
2. Silib
Silib adalah suatu penerangan atau nasihat yang diselipkan di dalam suatu tema, babak atau adegan tertentu.
Silib adalah suatu penerangan atau nasihat yang diselipkan di dalam suatu tema, babak atau adegan tertentu.
3. Siloka
Siloka adalah kalimat-kalimat yang harus digali kembali bila ingin mengetahui arti yang sesungguhnya.
Siloka adalah kalimat-kalimat yang harus digali kembali bila ingin mengetahui arti yang sesungguhnya.
4. Simbul
Simbul adalah perlambang yang harus dicari atau ditafsirkan sendiri apa makna yang sesungguhnya.
Simbul adalah perlambang yang harus dicari atau ditafsirkan sendiri apa makna yang sesungguhnya.
5. Sasmita
Yang dimaksud sasmita adalah isyarat atau pertanda
Hakikatnya Panca Curiga tersebut adalah suatu kesatuan yang utuh dan antara satu sama lainnya tidak dapat dipisah-pisahkan. Fungsinya adalah untuk memberikan “batasan” kepada Dalang dan Seniman pendukung Wayang Golek agar dalam mengucapkan kata (langsung), karena hal itu dapat menyinggung orang lain serta menurunkan derajat dan nilai seni pedalangan yang mereka anggap adiluhung.
Yang dimaksud sasmita adalah isyarat atau pertanda
Hakikatnya Panca Curiga tersebut adalah suatu kesatuan yang utuh dan antara satu sama lainnya tidak dapat dipisah-pisahkan. Fungsinya adalah untuk memberikan “batasan” kepada Dalang dan Seniman pendukung Wayang Golek agar dalam mengucapkan kata (langsung), karena hal itu dapat menyinggung orang lain serta menurunkan derajat dan nilai seni pedalangan yang mereka anggap adiluhung.
e.
Waktu dan Tempat Pertunjukan
Wayang Golek Sunda
dapat dipertunjukkan siang hari ataupun malam. Pertunjukan siang hari biasanya
dimulai pukul 09.00 dan berakhir pukul 16.00 WIB, sedangkan pertunjukan malam
hari diselenggarakan mulai pukul 21,30 sampai menjelang azan Subuh.
Tempat pertunjukan
bias dilaksanakan dimana saja, di dalam ruang tertutup atau di tempat terbuka
asal tempat tersebut mampu menampung jumlah pemain dan penontonnya.
Di atas panggung
dipasang dua batang pohon pisang (gedebog) yang panjangnya kurang-lebih 1,5
meter sebagai area permainan atau untuk menancapkan wayang. Posisi kedua
gedebog itu ditinggikan sekitar 80 cm dengan memakai penopang dari kayu yang
telah dosediakan. Di kanan-kiri area pertunjukan dipasang pula gedebog dengan
posisi yang lebih rendah, fungsinya adalah untuk menancapkan wayang-wayang yang
sedang tidak terpakai. Wayang-wayang tersebut dipasang berjajar menurut aturan
yang telah baku.
f.
Musik
Musik yang dipergunakan untuk mengiringi pergelaran Wayang Golek adalah karawitan Sunda yang berlaraskan Pelog/Salendro. Instrumen musik tersebut ditabuh oleh beberapa orang Nayaga atau Juru Gending, adapun alat musik tersebut lengkap adalah sebagai berikut :
Musik yang dipergunakan untuk mengiringi pergelaran Wayang Golek adalah karawitan Sunda yang berlaraskan Pelog/Salendro. Instrumen musik tersebut ditabuh oleh beberapa orang Nayaga atau Juru Gending, adapun alat musik tersebut lengkap adalah sebagai berikut :
1. Saron
1, Saron 2
2. Peking
(Saron Penerus)
3. Demung
4. Selentem
5. Bonang
6. Rincik
(Bonang penerus)
7. Kenong
8. Gambang
9. Rebab
10. Kecrek
11. Kendang
12. Bedug
13. Gong
E.
Perbedaan
Wayang Golek Sunda dengan Wayang Golek Jawa
Dalam pagelaran wayang golek jawa dan sunda perbedaan
terletak pada bahasa yang digunakan oleh dalang. Pagelaran wayang golek sunda
memakai Bahasa Sunda dengan pakem-pakem yang agak berbeda. Beberapa pakem
adegan yang ada dalam wayang golek adalah : babak unjal, nagara sejen, patepah,
perang gagal, panakawan, perang kembang, perang raket, dan tutug. Wayang golek
juga kadang dipakai untuk meruwat, membersihka. Ruwatan merupakan salah satu
upacara untuk menghindarkan seorang anak dari pengaruh buruk Bathara Kala yang
membawa kesialan dalam hidup. Dan juga pterdapat perbedaan pada lakon-lakon
yang diperankan. Ungkin dala segi cerita atau sebuah cerita yang diambil pada
intinya sama, namun terjadi perbedaan pada gabaran lakonnya.
Daftar Pustaka
Yayasan
Harapan Kita – BP 3 TMI. Indonesia Indah “Teater Boneka”. Jakarta : Perum Percetakan Negara
Republik Indonesia
Ayesa Margarita (14124104) Seni Teater "14
Tidak ada komentar:
Posting Komentar