Rabu, 30 Maret 2016

Seni macapatan: teater tutur yang mampu menguatkan jati diri generasi muda di tengah arus modernisasi

SENI MACAPATAN : TEATER TUTUR YANG MAMPU MENGUATKAN JATI DIRI GENERASI MUDA DI TENGAH ARUS MODERNISASI

Teater tutur merupakan suatu bentuk ungkapan kesenian dengan cara dituturkan atau diceriterakan.Teater tutur biasanya dimainkan oleh satu orang dengan diiringi suatu alat musik tertentu.Dan sumber cerita yang dibawakan biasanya adalah babad, dan cerita yang memuat dakwah keagamaan.Di Indonesia banyak terdapat jenis kesenian terater tutur, setiap daerah mempunyai ciri sendiri-sendiri sesuai dengan adat istiadat  yang melatarbelakanginya tapi kali ini penulis memfokuskan pada salah satu jenis teater tutur yaitu seni macapatan.
 Seni macapatan adalah suatu bentuk teater tutur yang ada di Jawa.Seni macapatan muncul pada masa walisanga sebagai media dakwah.Lagu-lagu yang dituturkan dalam pertunjukan ini adalah tembang macapat,oleh karena itu kesenian ini disebut seni macapatan.Dalam seni macapatan terdapat satu orang yang yang membawakan tembang-tembang macapat yang diiringi oleh alat musik seperti gender,suling,siter atau ada juga yang diiringi dengan gamelan lengkap dan ada juga yang tidak diiringi dengan alat musik.
Dahulu seni macapatan digelar sebagai media dakwah oleh para wali di Jawa untuk menyebarkan ajaran agama Islam.Namun kini seni macapatan biasanya dilakukan secara rutin oleh suatu kelompok tertentu sebagai upaya melestarikan seni tradisi ini dan juga untuk memberikan ajaran kepada masyarakat karena tembang macapat memiliki nilai filosofi dan ajaran kehidupan.Biasanya saat ini suatu kelompok menyelenggarakan macapatan pada suatu hari tertentu yang disepakati bersama untuk menyelenggarakan acara tersebut misalnya, rabu ponan, dll.
Macapatan juga diartikan sebagai tradisi berkumpul untuk bersama-sama nembang untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan yang melibatkan lima desa atau kampung. Satu desa atau kampong sebagai titik imajiner sedangkan empat desa atau kampung lainnya adalah desa atau kampung yang terdapat di keempat arah mata angin (timur, barat, selatan dan utara).Ini terkait dengan paham kosmologi Jawa, paham tentang jagat cilik (mikro kosmos) dan jagat gedhe(makro kosmos).
Seperti halnya kesenian teater yang lain hakikat dari sebuah pementasan teater adalah penyampaian pesan kepada orang lain (penonton).Sebuah pementasan tidak akan berarti apa-apa jika tidak ada hal atau pesan yang disampaikan kepada penonton.Sebuah pertunjukan setidaknya memuat pesan yang bisa ditangkap oleh penonton, bukan hanya sekedar hiburan.Namun saat ini banyak pementasan-pementasan yang kurang memperhatikan tentang pesan yang akan disampaikan.Tidak jarang sebuah pertunjukan hanya mengikuti selera pasar dan hanya mengikuti alur naskah yang ada tanpa membedah terlebih dahulu sebuah naskah agar tahu lebih dalam tentang pesan yang sebenarnya ingin diungkapkan oleh penulis naskah.
Dalam pertunjukan teater seorang sutradara maupun seorang aktor harus benar-benar tahu maksud dan tujuan dari suatu naskah bukan hanya memperhatikan hafalan dialog, bloking, vokal dan elemen-elemen artistik saja agar pesan yang ingin disampaikan dalam suatu naskah bisa tersampaikan.Balakangan ini banyak dijumpai juga penulis-penulis naskah pertunjukan terutama para pemula yang menulis naskah kurang memperhatikan tentang ajaran atau pesan yang disampaikan.Perlu kita ketahui bahwa seorang seniman (dalam pembahasan kali ini : seniman teater) bukan hanya menjadi seorang penghibur dan pekerja tetapi pertunjukan yang disajikan oleh para pelaku seni disaksikan oleh orang lain bahkan orang banyak maka sebuah pertunjukan haruslah memuat pesan yang baik.
Dalam seni macapatan, sebuah pesan atau ajaran sangatlah diperhatikan.Tembang-tembang macapat yang dibawakan saat pertunjukan sangat sarat akan ajaran kehidupan. Karena dahulu tembang macapat diciptakan oleh para wali di tanahJawa sebagai media dakwah.Setiap kata dari tembang-tembang macapat mempunyai makna yang sangat dalam.Tembang macapat yang berjumlah sebelas tembang menceritakan tentang kehidupan manusia dari lahir hingga manusia meninggal dunia.Dari hal ini dapat kita ketahui bahwa para pencipta tembang macapat ini tidak asal dalam menciptakan sebuah karya.Tembang macapat yang mampu bertahan hingga kini merupakan suatu hal yang sangat luar biasa karena tembang macapat ini diciptakan pada masa para wali dan mampu bertahan hingga saat ini.  Dalam tembang-tembang macapat mengajarkan bagaimana sebagai seorang manusia hidup dari lahir hingga meninggal.Tembang macapat hingga kini masih menjadi sebuah kumpulan tembang yang dilestarikan dikalangan masyarakat Jawa dan khusunya seniman Jawa.Hampir di setiap pertunjukan tradisi di Jawa tembang macapat selalu dilagukan.Seperti dalam pagelaran wayang kulit, wayang orang apalagi karawitan, tembang macapat adalah hal yang mutlak pasti adaNamun sayang, tembang macapat yang dikemas dalam teater  tutur kurang diminati masyarakat terutama generasi muda.Mungkin juga tembang macapat yang dikemas dalam wayang kulit, wayang orang, langendriyan,dll juga kurang diminati generasi muda, tetapi pertunjukan semacam ini masih sering kita jumpai.Dan seni macapatan jarang sekali dipertunjukkan hanya ada beberapa kelompok seniman atau masyarakat yang masih menggelar seni macaapatan.Mungkin karena bentuk pertunjukan seni macapatan tidak menarik bagi generasi muda.Penulis sendiri juga merasa bahwa bentuk pertunjukan seperti ini tidak menarik jika melihat kondisi sosial yang ada pada saat ini.Apalagi bahasa yang digunakan dalam tembang macapat kebanyakan bukan bahasa biasa yang digunakan sehari-hari tetapi menggunakan bahasa Jawa yang tidak mudah untuk dipahami apalagi di tengah kondisi saat ini dimana para generasi muda sudah tidak begitu mengenal dengan budaya daerahnya sendiri.
Jika hal ini terus berlanjut maka para generasi muda tidak akan mengenal lagi seni macapatan.Maka diperlukan bentuk kemasan yang baru supaya seni macapatan tetap didengarkan para generasi muda dan menjadi sebuah pertunjukan yang menarik.Maka dari itu penulis berharap agar setelah membaca tulisan ini para pembaca setidaknya teringat akan seni macapatan,yang kini mulai terabaikan dan tertarik untuk mengembangkan seni macapatan dalam bentuk apapun.Sekian......SALAM BUDAYA...!!!!!!!!!!
Dian astriana( teater ’14 ISI SKA)
.




IICACS 2016 ISI Surakarta juga bisa

haii kembali geng aw, kali ini kita akan menyimak informasi dari unit kegiatan mahasiswa ISI Surakarta. ukm english debating club ISI Surakarta ini bakalan mengadakan konferensi internasional dan interdisipliner pada seni penciptaan dan studi (IICACS) waww kan ?. IICACS Merupakan kepanjang dari International and Interdisciplinary Conference on Arts Creation and Studies IICACS. Kegiatan tersebut akan dilaksanakan pada tanggal 24-25 Agustus 2016 di Teater Besar ISI Surakarta, yang diselenggarakan oleh sub bagian Kemahasiswaan Institut Seni Indonsesia (ISI) Surakarta.Dengan adanya progrsm kreatif tersebut dibuatlah Website IICACS ISI Surakarta yang disuport oleh UPT. Pustika ISI Surakarta dengan alamat website http://iicacs2016.isi-ska.ac.id/ yang telah di launching pada hari Kamis, 3 Maret 2016 pukul 13.00 WIB di Ruang Rapat II Gedung Rektorat ISI Surakarta dan dilaunching oleh Rektor ISI Surakarta, Prof. Dr. Sri Rochana, W, S. Kar., M. Hum dan dihadiri oleh Wakil Rektor III, Kabag. Akademik dan Kemahasiswaan, Kepala UPT. Pustika beserta staff, serta panitia Konferensi Internasional (IICACS) dan mahasiswa ISI Surakarta. Diharapkan peserta yang akan mengikuti untuk membuka website yang sudah disediakan dengan cara mendaftar online.Program Kreatif Konferensi Internasional ISI Surakarta Tahun 2016 kali ini bertemakan tentang “Paradigm on Arts Creations and Studies”. Ini adalah konferensi internasional yang saling berhubungan dan interdisipliner berfokus pada berbagai pendekatan atau paradigma pada penciptaan seni dan studi seni. Ini berlaku untuk semua genre seni, termasuk seni rupa, seni pertunjukan, dan seni media rekaman, seperti musik, teater, tari, kerajinan, lukisan, patung, desain, fotografi, serta film dan televisi.Sarjana, peneliti, penulis, pencipta, dan kritikus diundang untuk mempresentasikan makalah, pameran, dan pertunjukan, untuk 2016 konferensi tersebut. Konferensi ini akan fokus pada pendekatan interdisipliner untuk mencakup bidang baru studi seperti internet, multimedia, dan kegiatan virtual.Baru-baru ini, kreasi seni dan studi seni telah menjadi disiplin ilmu di berbagai universitas di dunia. Pencipta seni, misalnya, kini tidak hanya mengandalkan metodologi konvensional tapi mereka menggunakan penyelidikan ilmiah untuk karya seni mereka. Studi seni, di sisi lain, menggunakan pendekatan interdisipliner untuk mencakup bidang baru studi seperti internet, multimedia, dan kegiatan virtual. Ini menghasilkan varietas baru dari upaya individu dan kelompok untuk membangun pengetahuan baru. Pertimbangan ulang metodologi ada dan penggunaan pendekatan baru menjadi keharusan dalam konteks baru dan lingkungan ilmiah. Tapi, bagaimana orang-orang di bidang ini menempa strategi untuk mencapai tujuan mereka? Konferensi ini bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi para sarjana, peneliti, pemikir, pencipta, dan peneliti untuk mengeksplorasi apa yang telah mereka capai di bidang mereka studi?. IICACS 2016 mendorong pengajuan abstrak dari akademik, profesional, mahasiswa pascasarjana, serta di bawah mahasiswa pascasarjana.

kesenian dongkari

haii... selamat malam geng aw, this the first post. ya kali ini kita akan mengutip salah satu karya feature Alumni Etnomusikologi ISI Surakarta 2011, nama nya adalah denis setiadji mahasiswa kelahiran bandung memang dikatakan mahasiswa yang cerdas. dalam menyelesaikan tugas akhirnya untuk menyelesaikan strata 1 feature dengan judul kesenian Dongkari yaitu sebuah cengkok kesenian tembang sunda. setiap bait syair tembang sunda ini memiliki ciri khas yang sangat kuat. di sini dala feature ini juga ada contoh nya geng aw, jadi gak bakaln penasaran. dari pada banyak penjelasan panjang kali lebar langsung  aja lihat videonya...