Senin, 04 April 2016

Pentas Kolaborasi Dosen yang Sangat AWesome Sahabat AW's


Hai Sahabat AW's...

Kali ini admin akan bercerita tentang pengalaman admin ketika ikut "Pentas Kolaborasi Dosen" lho... :D




Mengikuti salah satu kegiatan kampus yang satu ini sangat membikin hati dan perasaan admin campur aduk lho sahabat, pasalnya perasaan grogi dan bangga semuanya ada sebab di pentas kolaborasi dosen ini bukan hanya ada mahasiswa dan dosen dari satu jurusan melainkan, dari berbagai jurusan seperti : Pedalangan, Teater, Tari dan Karawitan.
Dan yang nggak kalah penting dari pentas kolaborasi dosen ini adalah ketika latihan, Mengapa ketika latihan? sebab waktu latihan kita banyak menerima kritik dan saran yang pastinya itu membangun. Ya.... meskipun kritik dan saran itu membuat admin sedikit kecewa ya sahabat.
Tapi tak apalah... itu semua admin jadikan motivasi kok sahabat AW's....
Oh iya ini ada sedikit cuplikan gladi bersih dari pentas kolaborasi dosen lho...
Yuk kita lihat sahabat AW's hahahhaa :D



Belajar Tata Rias dari Teater

Hai sahabat AW's.... 
Selamat pagi dan semangat pagi buat kalian yang udah ganteng dan cantik.
Kali ini admin akan membahas "Belajar Tata Rias dari Teater". Kadang kita berfikir kalo belajar teater akan hanya dapet tentang persoalan penokohan saja tapi kali ini tidak lho sahabat AW's. Salah satu Prodi Teater di ISI Surakarta memberikan mata kuliah tata rias lho... yang pastinya mata kuliah ini sangat digemari oleh mahasiswa.
Seperti beberapa contoh karakter dari pewayangan sampai membuat luka pada tubuh dan membuat topeng lho...
Yuk kita lihat seperti apa sih :D


 Ini salah satu hasil dari membuat topeng dan luka... 


 Kalo ini rias karakter buto..


Dan yang terakhir ini rias wayang Semar 
Sekian dulu ya sahabat AW's :* kapan-kapan kita lanjut lagi dengan topik yang lebih bagus dan hangat, dan tentunya tidak kalah menarik.

Teater Boneka Wayang Golek (Wayang Golek Jawa dan Wayang Golek Sunda)

Haii sahabat AW's kita tau kan bahwa di Nusantara kita ada berbagai macam seni dan kebudayaan. nah maka dari itu kita baca nih berikut ini ada sedikit artikel tentang
 Teater Boneka Wayang Golek (Wayang Golek Jawa dan Wayang Golek Sunda)

A.      Kelahiran Wayang Golek
Asal mula wayang golek tidak diketahui secara lengkap, dan jelas. Tapi sebenarnya wayang golek merupakan pengembangan dari wayang kulit. Salmun (1986) menyebutkan bahwa pada tahun 1853 M sunan kudus membuat wayang yang berbahan dari kayu, dan diberi nama wayang golek, dan dapat dimainkan atau dipentaskan pada waktu siang hari. Selain itu Ismunandar (1988) mengatakan pada awal abad ke-16, sunan kudus membuat bangun wayang purwo sebanyak 70 buah dengan cerita menak yang diiringi oleh gamelan salendro, bentuknya menyerupai boneka, tidak memerlukan klir, berbahan kayu oleh karna itu dinamakan wayang golek.
Kelahiran wayang golek diprakarsai oleh dalem karang anyar (Wiranata kusumah III) pada masa akhir jabatanya. Pada masa itu beliaw memerintah kiDarman (penyungging wayang kulit, dari tegal) yang tinggal dicibiru, ujung berung, untuk membuat wayang dari kayu, tetapi berbentuk gepeng menyerupai wayang kulit. Tetapi atas anjuran dalem itu sendiri wayang yang berbentuk gepeng itu dbuat berbentuk bulat, seperti wayang-wayang sekarang kebanyakan. Perkenalan wayang golek dipriangan, dikenal pada abad -19 sejak dibukanya jalan raya Daendels. Mulanya pementasan wayang golek dibawakan dengan bahasa jawa, namun setelah orang sunda pandai mendalang, dirubah menjadi ke bahasa sunda.

B.       Pengertian Wayang Golek
Wayang golek adalah suatu seni tradisional sunda pertunjukan wayang yang terbuat dari boneka kayu yang dipahat dan diukir. Kayu tersebut dibagi enjadi 3 bagian yaitu kepala, badan, dan tanganan dengan tuding (tongkat kecil). Antara badan dan kepala dihubungkan dengan kayu yang berfungsi sebagai pegangan dalang dalam memainkan yang disebut sogol (sumbu pegangan wayang).
Wayang golek merupakan perkembangan dari wayang kulit. Bentuknya yang trimarta lebih endekati personifikasi manusia. Susunan sambungan persendiannya emungkinkan bahwa wayang golek bisa bergerak lebih bebas. Deikian dengan busana wayang golek dapat ditata mendekati busana manusia.
Berbeda dengan wayang kulit, wayang golek tidak memakai layar dan lampu sorot untuk membentuk bayangan. Golek yang berupa boneka tiga dimensi bisa ditonton secara langsung tanpa memakai layar. Pagelaran wayang golek dipimpin oleh dalang yang memainkan wayang dan menuturkan cerita. Selain itu tentu saja ada gamelan yang mengiringi pertunjukkan tersebut.
Wayang golek termasuk teater boneka yang masuk dalam kategori teater tradisi rakyak dan teater tradisi keraton. Membicarakan tentang teater tradisi, Teater tradisional rakyat adalah bentuk-bentuk teater tradisional yang hidup, tumbuh, dan berkembang pada lingkungan masyarakat banyak sesuai dengan lingkup budaya setempat. Bentuk teater tradisi rakyat ini ada yang berasal dari tradisi religi asli dan ada pula yang berasal dari sistem religi Hindu-Budha dan Islam. Teater Tradisional Keraton. Berbeda dari tradisi teater rakyat, teater tradisi keraton baru lahir setelah munculnya kerajaan-kerajaan bercorak Hindu di Nusantara. Kesenian yang muncul dari lingkungan istana kerajaan bersifat profesional. Artinya, kesenian terlahir dari seniman-seniman keraton yang melulu hidup untuk mengembangkan kesenian. Karya-karya yang terlahir dari seniman kalangan istana ini adalah karya-karya yang ’adi luhung’ baik dari segi nilai seninya maupun kandungan isi serta makna religiusnya.

C.    Fungsi Wayang Golek
Fungsi Wayang Golek di tengah-tengah masyarakat mempunyai kedudukan yang sangat terhormat. Di samping sebagai sarana hiburan yang sehat, ia juga berfungsi sebagai media penerangan dan pendidikan. Baik itu tentang moralitas, etika, adapt istiadat atau religi. Yang tak kalah pentingnya Wayang Golek itu pun berfungsi sebagai upacara ritual penolak bala, upacara tersebut Ngaruat.


D.      Macam-macam Wayang Golek
1.      Wayang Golek Jawa
Sampai sekarang wayang golek masih hidup dan tersebar diberbagai daerah di Jawa, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Dilihat dari corak mukanya, wayang golek dapat dibedakan menjadi dua, yaitu wayang golek bergaya wayang kulit (wayang golek purwa) dan wayang golek bergaya wadhag (menyerupai manusia).
a.  Sumber cerita dan jenis wayang
1.      Wayang golek purwa, wayang golek yang pementasannya engambil cerita dari “Mahabharata” dan “Ramayana”. Bentuk bonekanya  meniru wayang purwa dengan memakai busana seperti makhuta, sumping, keris, kain, serta perhiasan. Wayang golek purwa terdapat pada daerah pasundan
2.      Wayang golek menak, yaitu engambil cerita dari “serat menak” mengenai tokoh Amir Ambyah atau Wong Agung Jayanegara.
3.      Wayang goleg gedhog, yang bercerita tentang Panji, yakni sekitar pncarian Sekartaji oleh Panji Asmarabangun.
4.      Wayang golek babad, mengambil cerita tentang Babad Majapahit : Jaransari-Jaranpurnama, Damarwulan, Perang Babad, Menakjingga, Raramendut, dan sebagainya. Babad Carbon : Sayembara Nyi Mas Gandasari, Pangeran Langlang-Busana, Jaka Wasiat, Sela Rasa. Babad Siyung Wanara : Lutung Kasarung, Sangkuriang, Silih Wangi.

b. Perlengkapan dan Pendukung Pertunjukkan
Dalam sebuah pertunjukkan wayang golek, dibutuhkan perlengkapan dan pendukung  yang berupa perangkat keras antara lain :
a.      Gamelan 
Gaelan baku yang digunakan untuk mengiringi pertunjukkan wayang golek adalah laras pelog (gamelan penthung). Jumlah instrument gamelan ada dua jenis yaitu yang lengkap dan sederhana. Namun, sekarang lebih sering diiringi dengan gamelan laras slendro seperti wayang kulit.
b.      Boneka wayang
Boneka wayang satu kothak lengkap berisi 60 sampai 110 buah. Dalam satu kali main diperlukan kurang lebih 30 tokoh boneka. Sisanya ditancapakan dibatang pisang kanan dan kiri.
c.      Kothak
Tempat wayang yang diletakkan di kiri dalang pada waktu pertunjukkan. Berukuran 150x75 cm. dan berfungsi juga enimbulkan suara dhogdhogan untuk mendukung suasana.
d.      Batang pisang (debhog/gadhebog)
Untuk menacapkan boneka wayang. Dengan jumlah tiga buah dan panjang 5m.
e.      Blencong
Lampu untuk pentas yang berbentuk burung garuda. Sekarang blencong digantikan dengan lampu listrik.
f.       Cempala
Dimainkan dengan kaki dalang dengan cara dijepit dengan kedua kaki atau tangan yang dipukulkan pada kothak. Berukuran 25cm dan 25cm. berfungsi sebagai iringan dan tanda kepada pemain untuk inta lagu.
g.      Keprak
Terbuat dari perunggu berjumlah dua atau tiga bilah dengan ukuran  10x15cm. berfungsi sebagai iringan dan sebagai tanda kepada musisi bahwa gendhing (lagu) dipercepat atau berhenti.
Ada juga termasuk perangkat lunak yakni :
a.      Dalang
Orang yang memainkan wayang. Ia harus menyanyi (suluk), memimpin music, dan menghidupkan suasana.
b.      Pengrawit (musisi)
Jumlah pengrawit tergantung pada instrument gamelan tyang digunakan. Tugas musisi tidak hanya memainkan gamelan, namun juga sebagai panggerong (menyanyikan lagu tertentu), berdialog dengan dalang.
c.      Pesindhen (Swarawati atau vokalis wanita)
Menyanyi sesuai dengan gendhing yang akan dibawakan dengan iringan music.

2.      Wayang Golek Sunda
a.      Sumber Cerita.
Cerita pada pertunjukan Wayang Golek Sunda umumnya bersumber kepada kitab Arjuna Sasrabahu, Ramayana, dan Mahabarata, yaitu kitab-kitab yang berasal dari kebudayaan Hindu di India. Namun cerita yang paling banyak digemari masyarakat adalah Mahabarata, bahkan dari lakon induk ini telah lahir berpuluh-puluh cerita sempalan/ carangan yang merupakan hasil kreatifitas para dalang.

b.      Bentuk-Bentuk Wayang Golek Sunda
Wayang golek yang menngunakan bahasa Cirebon adalah Wayang Golek Cepak atau Wayang Golek Papak.
Sedangkan yang menggunakan bahasa sunda :
1.      Wayang Golek Purwa
Wayang golek yang menceritakan lakon-lakon wayang dari cerita purwa (Arjuna, Sasrabahu, Ramayana, dan Mahabharata).
2.      Wayang Bendo
Menyajikan babad mekah yaitu Amir Ambyah
3.      Wayang Golek Pakuan
Menceritakan tentang raja-raja Padjajaran, dengan iringan gaelan pelog.
4.      Wayang Pantun
Sama dengan wayang golek pakuan, namun perbedaanya terletak pada bahu-bahu wayang pantun lebih panjang serta makuta-makutanya banyak mempergunakan rabut ngarumbay (terurai).

c.       Kerangka Pertunjukkan Wayang Golek Sunda
Awi carita adalah alur cerita dalam suatu sajian wayang golek purwa. Dengan beberapa adegan yaitu bedhol kayon (pembukaan) hingga kayon (penutup). Kerangka tersebut, keudian diolah dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi jawa barat, sehingga terwujudlah carangan-carangan atau sempalan-sempalan (petilah yang dipetik dan direka) dan perbedaan  sifat perwatakan antara para tokoh wayang.

d.      Bahasa dan Sastra Dalang
Dalam menyempaikan lakon/cerita, seorang Dalang tidak dibenarkan menggunakan bahasa yang vulgar dan tidak beraturan. Untuk itu disusunlah rambu-rambu khusus yang disebut Panca S, Panca S  itu adalah :
1.      Sindir
kritik-kritik, kecaman-kecaman atau pujian yang di ungkapkan dalam suatu cerita, yang disusun sedemikian rupa sehingga harus serta tidak secara langsung menyinggung hati yang dikritik atau dikecamnya.
2.      Silib
Silib adalah suatu penerangan atau nasihat yang diselipkan di dalam suatu tema, babak atau adegan tertentu.
3.       Siloka
Siloka adalah kalimat-kalimat yang harus digali kembali bila ingin mengetahui arti yang sesungguhnya.
4.       Simbul
Simbul adalah perlambang yang harus dicari atau ditafsirkan sendiri apa makna yang sesungguhnya.
5.       Sasmita
Yang dimaksud sasmita adalah isyarat atau pertanda
Hakikatnya Panca Curiga tersebut adalah suatu kesatuan yang utuh dan antara satu sama lainnya tidak dapat dipisah-pisahkan. Fungsinya adalah untuk memberikan “batasan” kepada Dalang dan Seniman pendukung Wayang Golek agar dalam mengucapkan kata (langsung), karena hal itu dapat menyinggung orang lain serta menurunkan derajat dan nilai seni pedalangan yang mereka anggap adiluhung.

e.      Waktu dan Tempat Pertunjukan
Wayang Golek Sunda dapat dipertunjukkan siang hari ataupun malam. Pertunjukan siang hari biasanya dimulai pukul 09.00 dan berakhir pukul 16.00 WIB, sedangkan pertunjukan malam hari diselenggarakan mulai pukul 21,30 sampai menjelang azan Subuh.
Tempat pertunjukan bias dilaksanakan dimana saja, di dalam ruang tertutup atau di tempat terbuka asal tempat tersebut mampu menampung jumlah pemain dan penontonnya.
Di atas panggung dipasang dua batang pohon pisang (gedebog) yang panjangnya kurang-lebih 1,5 meter sebagai area permainan atau untuk menancapkan wayang. Posisi kedua gedebog itu ditinggikan sekitar 80 cm dengan memakai penopang dari kayu yang telah dosediakan. Di kanan-kiri area pertunjukan dipasang pula gedebog dengan posisi yang lebih rendah, fungsinya adalah untuk menancapkan wayang-wayang yang sedang tidak terpakai. Wayang-wayang tersebut dipasang berjajar menurut aturan yang telah baku.

f.        Musik
Musik yang dipergunakan untuk mengiringi pergelaran Wayang Golek adalah karawitan Sunda yang berlaraskan Pelog/Salendro. Instrumen musik tersebut ditabuh oleh beberapa orang Nayaga atau Juru Gending, adapun alat musik tersebut lengkap adalah sebagai berikut :
1.      Saron 1, Saron 2
2.      Peking (Saron Penerus)
3.      Demung
4.      Selentem
5.      Bonang
6.      Rincik (Bonang penerus)
7.      Kenong
8.      Gambang
9.      Rebab
10. Kecrek
11. Kendang
12. Bedug
13. Gong

E.       Perbedaan Wayang Golek Sunda dengan Wayang Golek Jawa
Dalam pagelaran wayang golek jawa dan sunda perbedaan terletak pada bahasa yang digunakan oleh dalang. Pagelaran wayang golek sunda memakai Bahasa Sunda dengan pakem-pakem yang agak berbeda. Beberapa pakem adegan yang ada dalam wayang golek adalah : babak unjal, nagara sejen, patepah, perang gagal, panakawan, perang kembang, perang raket, dan tutug. Wayang golek juga kadang dipakai untuk meruwat, membersihka. Ruwatan merupakan salah satu upacara untuk menghindarkan seorang anak dari pengaruh buruk Bathara Kala yang membawa kesialan dalam hidup. Dan juga pterdapat perbedaan pada lakon-lakon yang diperankan. Ungkin dala segi cerita atau sebuah cerita yang diambil pada intinya sama, namun terjadi perbedaan pada gabaran lakonnya.


Daftar Pustaka

Yayasan Harapan Kita – BP 3 TMI. Indonesia Indah “Teater Boneka”. Jakarta : Perum Percetakan Negara Republik Indonesia


Ayesa Margarita (14124104) Seni Teater "14 

Minggu, 03 April 2016

Kesenian Tradisional Sandur Tuban Jawa Timur

Seni merupakan salah satu wadah untuk menyalurkan kreativitas seseorang, s
elain itu seni juga berfungsi sebagai tempat untuk mengembangkan bakat dan mencurahkan isi hati, dan seni juga bisa menjadi identitas suatu daerah, untuk itu seni berguna bagi sebagian masyarakat.

Seni sebagai identitas daerah maksudnya seni yang berkembang dikalangan masyarakat daerah tertentu. Biasanya seni ini disebut seni tradisional, seni traditional adalah seni yang turun-temurun, yang mempunyai unsur-unsur kepercayaan dan interpretasi tradisi masyarakatnya, umumnya itu menjadi ciri khas dari kesenian tradisional.

Seperti yang diungkapkan Kasim di buku Teater Rakyat di Indonesia, Analisis Kebudayaan, mengatakan bahwa kesenian tradisional adalah suatu bentuk seni yang bersumber dan berakar serta telah dirasakan sebagai milik sendiri oleh masyarakat lingkungannya. Bentuk teater tradisional adalah teater yang berwujud sederhana, spontan, menyatu dengan kehidupan masyarakat dan diwariskan dari generasi ke generasi dalam jangka waktu yang panjang.

Kesenian tradisional yang berkembang di masyarakat merupakan bagian dari gagasan atau ide sebuah kelompok masyarakat yang dikemas secara artistik dan mengandung nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat tersebut. Kesenian tradisional ini perlu dijaga dan dilestarikan.

Menurut Soedarsono bahwa bentuk kesenian tradisional pada umumnya adalah sederhana dan mengandung nuansa sacral. Hal itu tampak pada kostum, property yang digunakan, dan fungsinya sebagai sarana ritual. Seperti dalam pertunjukan sandur ini memiliki sifat yang sederhana dan bernuansa sakral pada adegan jaranan. Berbentuk sederhana sebab pertunjukan ini hanya dilakukan di tanah lapang dan hanya memakai lampu penerangan dari obor, berbentuk sacral jika dilihat pada adegan jaranan seorang pemain anak laki-laki seperti kerasukan atau sudah trans.

Di era globalisasi seperti saat ini masuknya budaya asing tidak dapat dihindari. Masuknya budaya asing tersebut tentunya menimbulkan dampak yang berupa benturan dengan budaya tradisional. Dengan adanya budaya asing tidak mungkin budaya lokal akan bertahan lama. Sebab dari itu, disini saya akan mengangkat tentang kesenian sandur yang berada di Tuban.

Salah satu kesenian tradisional masyarakat Tuban yang sudah jarang ditemui ini termasuk seni pertunjukan dramatari, pertunjukan yang ada gerak tari dan teater. Arti kata sandur ini memiliki beberapa artian yaitu kata san yang berarti selesai panen(isan) dan dhur yang berarti ngedhur, dari sumber lain mengatakan bahwa sandur berasal dari bahasa Belanda yaitu soon yang artinya anak-anak dan doo yang berarti meneruskan. Sumber lain lagi menyebutkan bahwa sandur yang terdiri dari berbagai cerita tersebut dengan sandiwara ngedur, artinya kesenian itu terjadi karena berisi tentang berbagai macam cerita yang tak akan habis sampai pagi.

Kesenian sandur ini tumbuh dan berkembang sebagai aktivitas social budaya masyarakat agraris, yakni masyarakat yang hidup dengan pola dan sistem pertanian sebagai sumber kehidupan mereka. Seperti yang diungkapkan Plato misalnya mengaitkan potensi ini dengan fenomena alam sebagai sesuatu yang terberi bagi manusia. Seni adalah kegiatan estetik berdasarkan segala unsur yang ada di dalam alam. Menurut buku Sisi Indah Kehidupan Pemikiran Seni dan Kritik Teater milik Tommy F Awuy yang artinya, seni adalah sebuah wujud peniruan (mimesis, copy).

Jadi kesenian sandur memiliki peniruan gerak masyarakat agraris. Hal ini dapat dilihat dari bentuk pertunjukan dan isi cerita yang bertema tentang aktivitas pertanian seperti membajak sawah, menanam, dan memanen.

Adanya kesenian yang bernuansa tradisional seperti sandur sekarang ini sangat kurang diminati bagi generasi muda untuk melihat, mendengar maupun langsung mempelajari kesenian sandur ini. Terbukti bahwa di Tuban hanya ada satu pegiat kesenian sandur ini yaitu Ronggo Budoyo pimpinan Bapak Syakrun dari desa Randu Pokak Kecamatan Semanding kabupaten Tuban.

Dari adanya hanya ada satu Ronggo Budoyo ini menunjukan bahwa pertunjukan sandur ini sudah langka dijumpai di daerah Tuban, yang biasanya pertunjukan sandur ini dipertontonkan pada hari jadi Tuban, tapi sekarang sudah tidak ada lagi rangkaian acara hari jadi Tuban yang diisi hiburan pertunjukan sandur.


Oleh karena itu tujuan penulisan makalah saya ini untuk memperkenalkan kesenian sandur pada generasi muda dan pembaca makalah saya bahwa di daerah Tuban Jawa Timur yang termasuk wilayah pantura memiliki kesenian tradisional yang bernama sandur. Sangat disayangkan apabila kesenian ini punah dan tidak ada lagi yang perduli terhadap kesenian rakyat ini.